Selain Ustadz, Yusuf Mansur juga dikenal sebagai pengusaha. Ucap saja, mulai dari investasi patungan di koperasi merah putih dan uang elektronik. Tapi tidak semuanya berjalan lancar, Yusuf sempat tersandung situasi sulit perizinan hingga diadukan ke Kepolisian.

Yusuf menceritakan awal saat ia mulai menapaki dunia bisnis ketika masih duduk di tempat duduk sekolah. "Orang tua kami memang mengajar buah hatinya untuk berbisnis, waktu itu saya bilang ke nenek berharap jajan, terus nenek bilang jual kripik Bangka dahulu sana. Kemudian sesudah kerupuk mulai jual layangan hingga gundu," kata Yusuf.

Yusuf juga pernah menolong kakaknya menjual baju di Pasar Tanah Abang. Berbeda dengan orang kebanyakan, Yusuf saat itu membawa baju hal yang demikian pulang ke rumah dan meminta doa orang tua sebelum mengawali berjualan.

Dia menjelaskan, dalam berbisnis sepatutnya memanfaatkan kesempatan yang ada. Termasuk dikala melakukan ibadah haji. "Banyak yang bilang, lagi haji sih dagang. Namun ya tidak apa-apa kan kita di sana ketemu banyak orang, peluangnya besar. Sekarang penting tak ganggu suasana ibadah dan nggak korupsi," terang dia.

Ia bisnis Yusuf terus meluas, yang paling baru dan menuai kontroversi yakni, PayTren. Layanan isi ulangnya dihentikan sementara oleh Bank Indonesia (BI) pada September 2017 lalu. Simak juga beragam info tentang Daftar Paytren.

BI menilai, PayTren telah memiliki floating fund atau dana beredar di atas Rp 1 miliar, sehingga perusahaan mesti mengajukan izin. Dia menjelaskan, tidak cuma layanan uang elektronik untuk pembayaran ritel, Yusuf memimpikan PayTren dapat menjadi alat pembayaran di jalan tol.

Padahal ini pihaknya tengah mengurus perlengkapan izin supaya layanan PayTren bisa kembali normal dan dirasakan para penggunanya lagi. Langkah ini juga ditempuh sebagai pembuktian bahwa PayTren yakni layanan yang sah dan taat terhadap undang-undang.

Koperasi patungan juga dinilai bermasalah, pasalnya banyak nasabah yang menganggap Yusuf sebagai mulut besar. Meskipun hotel Siti hasil investasi koperasi merah-putih telah berdiri 2 tower dengan 285 kamar. Yusuf membeberkan, dari investasi hal yang demikian dia akan menjelaskan terhadap nasabah terkait skema investasi yang dikerjakan.

"Umat kan butuh kejelasan dan tanggung jawab, kalau ini penipuan tetapi hotelnya sudah ada, memang diakui belum mewujudkan. Perjalanannya luar lazim, saat berharap lari kita disetop. Meski kita masih butuh Rp 80 miliar untuk menyelesaikan, tapi ya aku tak boleh ambil lagi, jikalau disetop ya udah selesai," ujarnya.

Yusuf menjelaskan, bahwa hotel Siti memiliki tingkat okupansi yang rendah. Sedangkan ia sudah melancarkan strategi pemasaran di sejumlah aplikasi atau situs pengorder hotel. Namun, konsep syariah yang diusung dianggap menjadi penyebab sepinya hotel tersebut. "Pasar hotel syariah di sini belum ada, orang muslim sini kan menyukai gitu, keren dikit mereka nggak berkeinginan masuk hotel syariah. Makanya kami belum bisa hadirkan keuntungan," kata ia.

Ia mengucapkan, seandainya dari sisi nilai bangunan 2013-2017 maka hotel Siti telah dapat menerima profit. Yusuf akan menggelar roadshow untuk menerangkan dan meminta anggapan bagaimana jika hotel tersebut dijual. "Duit sekiranya diinvestasikan di properti dapat menerima keuntungan, yang penting tak ada miss management, tanah kosong aja naik pembangunannya," ujar ia.